Sejarah Penggunaan Ular Cobra Sebagai Obat


Di Asia Timur dan Asia Tenggara, cobra dan ular lainnya telah lama dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan. Salah satu produk olahannya yang terkenal adalah arak ular. Minuman ini pertama kalinya dicatat dalam sejarah penggunaannya di masa dinasti Zhou Barat (771 SM) dan penggunaan ular untuk kesehatan tercatat dalam rekam medis yang terkompilasi antara 300 SM hingga 200 Masehi. Detail penggunaan jenis spesies ular, bagian tubuhnya, dan persiapan-persiapan awalnya dipaparkan dalam catatan medis Li Shizhen pada masa dinasti Ming.

Ular juga berguna untuk meredakan rasa nyeri, dalam bentuk minyak. Minyak ular berasal dari China, yang disebut dengan istilah shéyóu. Minyak ular digunakan untuk menghilangkan memar, rasa sakit akibat rheumatoid arthritis, bursitis, dan kondisi sejenis lainnya. Minyak ini masih tetap dipakai hingga saat ini di China, dimana minyak ular memiliki kandungan eicosapentaenoic acid (EPA) yang tinggi.




Ular memang telah dipercaya memiliki manfaat, mulai dari pengobatan rabun hingga kebotakan, juga sebagai afrodisiak atau meningkatkan vitalitas seksual. Di Vietnam, arak ular dipercaya meningkatkan kesehatan dan kesuburan. Beberapa minuman serupa juga kadang juga dicampur dengan tokek dan kuda laut. Arak ular, dengan kadar alkoholnya yang tinggi, diminum per satu sloki. Beberapa peminum yang berani terkadang juga mengonsumsi beberapa bagian dari ular yang ada di dalam minuman tersebut, seperti mata dan perutnya. Ada dua tipe arak ular:
Dicelup: ular berbisa dimasukkan ke dalam arak dan dan disimpan dalam botol kaca. Terkadang dicampurkan dengan ramuan tradisional lalu didiamkan selama beberapa bulan.
Dicampur: cairan dari ular (darah) segar dicampur ke dalam arak satu takaran (sloki) dan diminum segera. Darah ular didapatkan dengan memotong ular sepanjang perutnya dan menampung darahnya ke dalam cangkir yang sudah berisi arak beras.